Hallo, selamat datang di blog saya, saya mau bahas tentang perbedaan cara berpikir Miliarder vs Orang Biasa, langsung
aja gan dicekidot...
1. Orang biasa
menganggap kerja keras akan membuat mereka kaya. Miliarder memandang
pengaruhlah yang dapat membuat mereka kaya
Orang biasa berfikir secara tradisional, jadi kaya itu adalah dengan kerja
keras a.k.a bekerja lembur, siang dan malam, banting tulang, tapi mereka masih
juga tidak menjadi kaya raya. Bekerja keras bagi para miliarder adalah bagaimana mereka menggunakan
pengaruhnya terhadap jaringan mereka dengan kredibilitas yang mereka miliki,
memaksimalkan keuntungan dari setiap langkah yang mereka lakukan.
“Orang biasa menganggap kerja sebagai suatu hal yang mulia dan terhormat. Para Miliarder memandang orang akan terhormat dan mulia bila ia mencapai suatu kesuksesan”.
“Orang biasa menganggap kerja sebagai suatu hal yang mulia dan terhormat. Para Miliarder memandang orang akan terhormat dan mulia bila ia mencapai suatu kesuksesan”.
2. Orang biasa khawatir kehabisan uang. Miliarder memikirkan bagaimana
memperoleh lebih banyak uang
Banyak anggapan jika orang kaya hanya memikirkan tentang uang (di kepalanya cuma ada uang, uang, dan uang) faktanya justru kebanyakan orang-orang dibawahlah yang lebih banyak memikirkan tentang uang, ketakutan uangnya habis. Orang kaya gak pernah khawatir tentang uang.
“Rasa khawatir sering memberikan dampak negatif. Hidup dalam kekhawatiran bukanlah hidup yang baik”.
Para miliarder lebih memilih menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi dan mencapai keuntungan, ketimbang menghabiskan waktu dengan mengkhawatirkan persoalan yang mereka miliki.
Mereka berfikir secara kreatif, melihat persoalan sebagai peluang untuk menigkatkan kualitas diri.
Setiap produk yang kita gunakan saat ini adalah bukti dari cara berpikir kreatif.
“Masalah ente adalah Peluang buat ane gan”.
3. Orang biasa
menganggap jalan menuju kekayaan adalah pendidikan formal. Miliarder memandang
jalan menuju kekayaan adalah memiliki pengetahuan yang spesifik
Banyak sekali orang kaya yang tidak lulus kuliah. Bill Gates, Mark zukerberg, Roman Abramovich, tidak usah jauh-jauh di Indonesia pun banyak yang bisa kita jadikan contoh, Alm. Bob Sadino, Susi Pudjiastuti, dan masih banyak lainnya. Tapi, jangan sekali-sekali agan berfikir bahwa sekolah itu tidak penting Sekolah itu penting. Para pekerja bergelar sarjana biasanya memiliki pendapatan rutin yang lebih tinggi dari yang tidak bergelar sarjana.
Pendidikan formal mengajarkan orang untuk berpikir sistematis dan linear dalam dunia bisnis, namun pada praktiknya pemikiran ideal tidak selalu terjadi. Itulah sebabnya, para miliarder menolak berpikir linear supaya mereka semakin kreatif. Di benak mereka, 1 + 1 tidak harus selalu 2, melainkan bisa saja 4, 5, dan seterusnya. Mereka menggunakan kemampuan berpikir yang mereka miliki demi menemukan solusi lain yang dapat semakin mengembangkan diri mereka agar bisa bersaing dengan para pesaing. Bisa disimpulkan, para miliarder berpendapat bahwa kekayaan didapat dengan cara berpikir yang tanpa batas.
Miliarder memandang persoalan dengan cara yang sederhana. Cara-cara akademik dalam menyelesaikan persoalan tidak akan dilirik oleh mereka. Miliader tidak tertarik kepada proses, mereka lebih tertarik pada hasilnya. 4 + 5 = 9, begitu juga dengan 3 + 6.
“ Solving problems, get money, repeat”.
4. Orang biasa
menganggap egois adalah sifat buruk. Orang kaya memandang egois adalah
kebajikan
Pengarang buku How Rich People Think, Steve Siebold, berkata “Orang kaya keluar
rumah dan membuat dirinya senang. Mereka tak berupaya untuk berpura-berpura
menyelamatkan dunia" Orang biasa memandang hal itu sebagai sesuatu yang negatif dengan membiarkan
tetangga mereka hidup dalam kemiskinan.
"Jika anda tak menjaga diri sendiri, Anda tak dalam posisi untuk menolong orang lain. Anda tak bisa memberikan yang tak Anda miliki," tutur Siebold.
Para miliarder meyakini bahwa dengan uang mereka dapat melakukan segala sesuatu yang mereka mau, termasuk berderma.Kebanyakan orang kaya justru mampu menunjukan solidaritas sosial pada sesama, jauh melebihi solidaritas sosial yang dapat diberikan oleh orang biasa.
"Jika anda tak menjaga diri sendiri, Anda tak dalam posisi untuk menolong orang lain. Anda tak bisa memberikan yang tak Anda miliki," tutur Siebold.
Para miliarder meyakini bahwa dengan uang mereka dapat melakukan segala sesuatu yang mereka mau, termasuk berderma.Kebanyakan orang kaya justru mampu menunjukan solidaritas sosial pada sesama, jauh melebihi solidaritas sosial yang dapat diberikan oleh orang biasa.
5. Orang biasa
menganggap uang mampu mengubah seseorang. Miliarder memandang uang akan
memperlihatkan karakter asli seseorang.
Orang yang pelit akan tetap pelit mengeluarkan uang untuk berderma. Seseorang
yang berwatak welas asih, saat ia punya uang, ia tidak akan ragu mendonasikan
uangnya pada sesama yang membutuhkan.
Beberapa miliarder merelakan hartanya untuk sesama tanpa doktrin agama apapun. Bill Gates, orang terkaya di dunia, mampu menyumbang 38,5 miliar dolar. Warren Buffet, orang terkaya ketiga di dunia, merelakan 99% pendapatannya untuk sesama.
Beberapa miliarder merelakan hartanya untuk sesama tanpa doktrin agama apapun. Bill Gates, orang terkaya di dunia, mampu menyumbang 38,5 miliar dolar. Warren Buffet, orang terkaya ketiga di dunia, merelakan 99% pendapatannya untuk sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar